Thursday, February 02, 2006

Pusing---pusing

Itu yang saya rasakan sekarang
Haruskah saya kembali ke Bandung begitu cepat ?
Saya masih belum puas menghirup udara ketenangan di kota tempat saya berada.....
Bincang Sesaat Jumat itu...
Kemarin siang saya sempat berbincang sejenak dengan Pum-teman seperjuangan selama kuliah di Bandung. Tentang jodoh dan soulmate...Rasanya kalau 2 hal itu diperdebatkan, tidak akan ada habisnya, tampaknya. Perbincangan yang semula ringan sambil lalu di atas motor sambil menikmati angin lama-lama semakin mendalam.
Memang ada banyak sekali pertanyaan yang berkecamuk dalam benak saya seputar itu. Seperti...
Soulmate sama jodoh itu sama nggak sih ?
Mungkin nggak kalau seumur hidup kita nggak ketemu sama soulmate kita ?
Kalau nikah ama yang bukan jodoh kita, tapi awet2 aja, gimana nasib "seseorang" itu ?
Kapan kita tau kalau orang pilihan kita benar-benar orang yang tepat ?
Bener nggak sih kalau kita sudah ngerasa sreg-bahkan bisa membayangkan masa depan-sama seseorang, berarti ada kemungkinan kalau dia tuh soulmate kita ?
Mungkin nggak kalau kita ditakdirkan punya soulmate beda agama ?
...dan pertanyaan terpenting saya...
Siapa soulmate saya ?
Kapan saya akan menemukannya ?
Kami terus berbincang sembari motor melaju di jalanan Secaba yang lengang. Sambil memandang jajaran bukit ditemani elusan angin sore yang penuh kenangan, kami mencoba menyelami seberapa dalam hal itu bermakna.
Saya sekarang (masih) jatuh cinta dengan si manusia bodoh. Bukan bohong, bahkan saya pernah membayangkan masa depan bersamanya. Pasti lucu. Bertengkar hal2 nggak penting melulu. Setelah saya sadar bahwa saya mencintainya, jauh sebelum itu saya sudah merasa nyaman dengannya dan dia merupakan bagian tak terpisahkan dalam hidup. Pum juga tampaknya merasa demikian dengan "yang tercinta"nya saat ini. Bukankah itu bagus ?
Bicara soal mengetahui seseorang adalah jodoh kita, tampaknya ucapan teman saya ada benarnya. Dia berkata, "Buat gue, kalo ketemu soulmate atau gue ngerasa sreg banget ma cowok, hati gue tuh yang bicara. rasanya bakal ada suara 'klik' dalam hati gue, kayak botol ketemu tutupnya." Kami pun merasakan hal yang sama pada orang tercinta masing-masing, hanya bedanya...cinta saya sampai sekarang belum berbalas...dan saya masih menunggunya...
Saya juga curhat ke Pum soal manusia bodoh itu. Bahwa betapa saya merindukannya sampai-sampai sehari itu sudah 3 kali saya melihat orang yang mirip dengannya, padahal manusia bodoh itu jelas-jelas berada di kota yang jauh. Pum mengatakan, mungkin itu isyarat kalau saja saya akan dapat segera bertemu dengan manusia bodoh. Saya hanya terdiam..sambil dalam hati berdoa semoga itu terjadi...sebab waktu saya di kota ini tidak lama lagi.
pembicaraan sore itu ditutup dengan saling mengutarakan harapan semoga kita nantinya benar-benar akan menemukan orang yang tepat. Memang hidup harus punya harapan, karena harapanlah yang akan menjadi penerang di hati saat jiwa berada dalam kegelapan.