Sunday, August 06, 2006

Relasi Antara Foto Keluarga dan Tragedi Sakit Perut Massal


Ternyata mengabadikan sejarah keluarga bisa melalui derita yang teramat sangat. Ini terjadi minggu kemarin. Pada hari itu, keluarga dr.Edi Murtjahja, Sp.P. yang notabene adalah papi saya dengan semangat 45 siap untuk menjalani pemotretan untuk majalah Happy Family...eh salah...foto keluarga. Hal ini didasari oleh ke''iri''an melihat keluarga laen yang punya foto keluarga segede gaban untuk dipajang di ruang tamu, keinginan untuk mempublikasikan kenarsisan kolektif (dalam konteks ini, keluarga saya tentunya), dan agar supaya waktu tradisi kirim2 makanan alias Hantaran sesama keluarga dokter waktu menjelang lebaran, kami bisa memajang tampang diri di kartu ucapannya...hahah...
Akhirnya, minggu pun tiba.Rencana yang udah dipersiapkan mateng-mateng, mulai dari booking studio, dresscode, ampe atur jadwal dan cancel janji sana-sini pun dilalui dengan mulus !! Tinggal nunggu hari H, persiapan2 kecil kayak...tidur cukup pada malam sebelum pemotretan supaya tidak ada "mata panda" akibat kantung mata menghitam sebagai akibat dari kurang tidur ^^; Jangan lupa diet supaya perut tidak tampak membuncit...
Kejadian nahas baru datang pada hari Sabtu. Tiba-tiba mami saya terserang sakit perut dahsyat dan teman-temannya,,,maksudnya sakit perut plus pusing, diare, muntah-muntah, kayak morning sick gitu deh...Jadinya pas foto keluarga, mami sumpah lemes banget...untung hal itu tidak mempengaruhi kualitas pose dan senyum di depan kamera. Kan beliau profesional...
Setelah foto, entah mengapa (atau malah untung ?) penyakit mami menular ke nyaris seluruh anggota keluarga Pak Edi yang lainnya, kecuali saya dan papi. Kakak saya si Bonsay juga sakit perut, ampe pagi ini kerjaannya "mlungker" aja dalem kamarnya, Adek tertua saya Nia semaleman kepalanya pusing ampe dicekoki dengan segala macem antibiotik biar gak tepar, Sasa juga ikutan hobi muntah-muntah yang selalu berujung pada insiden kejar-kejaran massal ketika tiba waktu minum obat. Cuma saya dan papi serta si bibi yang sehat walafiat. Akhirnya, kita harus pasrah menjadi dokter dan perawat darurat untuk melawan korban gemapa...eh, korban sakit perut di rumah...
mungkinkah ini efek samping dari kenarsisan kolektif yang berlebihan ?
ummm....i can't answer yet...

No comments: