Monday, December 25, 2006

Psychosomatic of Psychopatic In Mind


Sejak kapan blog ini menjadi ajang tumpahan depresi racau-meracau dengan emosi sedemikian kelam ? Susah jawabnya. Mungkin sejak kenangan keparat masuk dalam hidup saya dan dia sukses membuka 'jendela'. Well....walaupun kadang kesal, tapi terimakasih banyak. Kamu membuat diri saya lebih 'kaya'.

Kali ini tentang psikosomatis. Apa itu ? Bagi yang belum tahu, psikosomatis adalah semacam penyakit yang timbul pada tubuh akibat gangguan kondisi mental. Singkatnya adalah karena kondisi psikis yang lagi gak seimbang, maka tubuh bereaksi yang aneh-aneh. Seperti yang terjadi pada saya ini.

Gejala psikosomatis pada saya dimulai dengan sakit kepala semacam migrain yang berulang-ulang. Atau badan yang terasa capeekkkk banget kayak habis kerja kuli satu bulan. Berakibat buruk pada bertambahnya jam tidur secara tidak terkendali, sehingga tugas-tugas terbengkalai dan saya nangis darah karenanya (damn it ! seringnya muncul pas jaman2 UAS yang berakibat UAS saya nggak pernah maksimal sehingga IP yang didapat...yahhh.. segitulah...). Lalu, setelah kemunculan kenangan keparat yang sukses membuka 'jendela' itu, dan ketika dia mulai meracuni pikiran saya lagi dan lagi, maka gejala psikosomatis itu semakin gila saja. Titik kulminasi puncak terjadi pada 2 minggu terakhir. Dimana badan yang sebelumnya hanya bereaksi lewat sakit kepala saja, sekarang menghebat ke arah mual dan muntah jika bersentuhan dengan pemicunya. Contoh spektakuler adalah Minggu kemarin. Ketika 'sang pemicu' muncul tepat di hadapan saya, maka di depannya saya bisa tahan. Namun setelah itu saya benar-benar muntah-muntah dan eneg. Kondisi tubuh menurun drastis. Badan jadi lemes. Suhu tubuh agak panas tapi menggigil, seperti waktu penyakit liver saya kambuh dan harus istirahat bed-rest 1 bulan di masa TPB. HEBAT !!!!

Perlu diwaspadai jika anda mengalami hal seperti ini. Setelah saya konsultasi ke seorang ibu bijak yang ahli psikologi, keadaan demikian sangatlah tidak sehat. Sebab, secara kasar, semua aspek tubuh sedang tersiksa, sehingga kesadaran jiwa sulit mencari pegangan. Jika dibiarkan, maka orang tersebut bisa merasa nikmat dengan sakit yang diderita, kemudian menjurus ke arah masochist. Tahap parah adalah 'lahirlah satu psikopat lagi ke muka bumi ini'.

Lalu, saya ? Kata si ibu, untung cepat cerita, atau setidaknya, secarutmarutnya kondisi saya di 'dalam', otak dan kepala masih mampu pegang kendali dan berkata bahwa "ini s-a-l-a-h". Dan saya mengeluarkan segala gelegak emosi itu, walau tidak semuanya. Namun sudah sedikit lumayan daripada tidak sama sekali. Bahkan beliau sudah warning pada saya, "Hati-hati !!! Kalau dibiarkan, kamu bisa jadi masokis/psikopat." HHiiiiiiii...nggak mau ah. Cih, kan saya mau jadi anak manis sajah.

Tapi, psikopat dalam pikiran, mungkin mulai 'ya'. Saya absurd, aneh...gunung api. Makanya saya harus menyeret kenangan keparat itu supaya kita bisa duduk bersama dan membuka matanya soal kenyataan yang sedang terjadi pada diri saya. Mungkin setelah itu dia akan pergi, dan saya harus siap untukitu. Hhhh...tampaknya perjuangan untuk bisa 'berlari tanpa perlu berbagi lagi' masih sangat panjang.

Sebentar lagi tutup tahun. Ayo buat sesuatu yang spektakuler.
Mari !!!

No comments: