Wednesday, December 20, 2006

waiting for that day....


Dunia ini sibuk. Waktu berjalan, dan memaksa kita berlari, berlari, makin cepat, dan cepat. Saya sendiri tahu bagaimana rasanya menjalani ritme kerja 'i am busy all day long'. Walaupun waktu tidak dihabiskan untuk nongkrong atau pergi berdansa, namun menjalani kehidupan studio saja lebih dari cukup untuk membuat sadar kalau ternyata hidup dan remeh-temeh di dalamnya itu berharga.
Kalau ada orang bilang, "semakin dewasa berarti semakin banyak kehilangan", mungkin memang benar adanya. Entahlah, saya memang dramatis melankolis dan atau mulai paranoid, saya merasa semakin banyak orang yang pergi. Atau mulai terhapus dari lingkaran ingatan saya. Bersyukur saya masih belum lupa akan diri sendiri. Karena kalau itu terjadi, maka alter-ego saya akan sangat bahagia, sebab ia akan mengejawantah seutuhnya. Dan mungkin, saya juga bahagia ?
Saya pernah bersumpah pada diri sendiri, "Kalau dengan jadi serigala penyendiri saya bisa kuat, itupun boleh." Namun sekaranag tidak, saya ingin tetap punya seseorang untuk berbagi. Seseorang tempat saya bisa menjdi diri sendiri. Setidaknya tempat saya pulang dan bersandar kalau lelah sudah menghujat.
Apakah saya mulai egois kalau berkata teman-teman saya mulai hilang ? Saya dalam hati menghujat dan berteriak,"Kemana kaliaaannnnn?????" namun di luar saya memeluk dan berkata kangen. Manis bukan ? Hah, sudahlah, saya memang brengsek. Biar saja. Toh kebrengsekan saya tidak tampak di depan kalian. Bukan apa-apa. Saya tidak ingin kalian pergi.
Ingin rasanya bisa berlari tanpa perlu berbagi lagi. Tapi tetap harus ada tempat untuk pulang. Egois. Seenaknya. Pemikiran yang absurd. Mulai tidak waraskah pikiran ? Mungkin. Namun saya sudah terlanjur berjanji untuk menjadi anak manis. Ya, kepada kenangan keparat itu. Haaahh...bisa jadi saya akan terus berusaha dan berusaha menepatinya. Di depan kamu semua termaafkan, bukan ?
Teman-temanku yang dulu, maaf aku mulai aneh. Maaf aku tidak menepati janji. Bisa jadi kalian bakal marah dan kecewa kalau kalian tahu kenyataannya. Bahkan mungkin kalian bakal pergi. Kalau memang begitu, saya bisa apa ? Terserah....
Keparat, kamu seperti candu. Badan saya tidak mau nurut walaupun hati dan kepala sudah tunduk. Sampai kapan begini ?Keparat kamu, tapi siksaan itu...kenapa terasa begitu manis ? Hhh....darah saya sudah menggelegak membayangkan kelanjutannya. Siksa saya lebih dalam lagi...sampai saya kuat. Dan saat itu tiba...

Ketika akhirnya saya bisa berlari tanpa perlu berbagi lagi...

No comments: